Senin, 10 Juni 2013

refleksi (61): Elegi Ritual Ikhlas 20: Metafisika Filsafat




HENI KUSUMA
PGSD/ 2F/ 12108241073

Ada rasa syukur dalam hati ini sejak Bapak hadir untuk membimbing kami. Seringkali diantara kami dan beberapa pihak hanya bisa berdebat mengenai masa depan pendidikan yang dirasa semakin runyam saja permasalahannya, seringkali kami menyalahkan pemerintah. Seperti peribahasa yang mengatakan “gajah di pelupuk mata tidak tampak, kuman di seberang lautan tampak”.
Dengan penjelasan dari Bapak selama ini, melalui berbagai elegi-elegi, saya menjadi sadar bahwasanya kesalahan itu terjadi pada pendidik, ada yang salah pada bagaimana guru harus memposisikan diri di dalam kelas, bagaimana cara mengajar yang benar.
Pada awalnya, saya merasa berat setiap hari harus refleksi, namun dari situlah tahu  bagaimana sikap yang harus saya tanamkan sebagai seorang calon pendidik yang harus memberdayakan murid-murid saya kelak. Bagi saya bahasa filsafat itu bahasa yang berat dan rumit, namun Bapak bisa menyajikannya dengan gaya bahasa yang berbeda dan mudah kami pahami sehingga kami benar-benar dapat mengambil manfaatnya. Dari semakin membaca artikel dan elegi-elegi bapak, saya semakin penasaran akan pembenaran paradigma mengajar lebih lanjut agar saya pun bisa melakukan inovasi terhadap metode pembelajaran saya.
Dari semua itu saya semakin mengerti akan hakikat-hakikat belajar, hakikat-hakikat pendidikan, hakikat-hakikat matematika yang selama ini tak pernah terungkap dan tidak disadari oleh sebagian besar guru. Beruntung saya dapat mempelajari semua ini, terima kasih, semoga ini menjadi awal inovasi pendidikan di Indonesia untuk Indonesia yang lebih baik. Aamiin ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar