HENI KUSUMA
PGSD/ 2F/ 12108241073
Pada artikel di atas dijelaskan
bahwa pembudayaan matematika di Perguruan Tinggi dapat dilakukan dengan cara
mendorong kemandirian mahasiswa untuk membangun sendiri (tentu dengan bantuan
dosen), menurut saya cara ini sudah dijalankan dengan baik dan cenderung lebih
mudah untuk menerapkannya. Namun, pada pembudayaan matematika di sekolah
sepertinya masih perlu upaya-upaya yang harus diusahakan untuk dapat
menerapkannya secara konsisten dan benar-benar bisa terwujud budaya matematika.
Dalam artikel di atas dikatakan bahwa membudayakan matematika di sekolah memang
tidaklah mudah dilakukan, karena kita menghadapi apa yang disebut sebagai
Transforming Phenomena antara belajar matematika bagi orang dewasa di Perguruan
Tinggi dan belajar matematika bagi anak-anak di Sekolah. Secara pedagogis dan
secara psikologis, karakter belajar matematika orang dewasa dan anak-anak
sangatlah berbeda. Oleh karena itu, agar Architectonic Mathematics dapat
dikembangkan di SD kita harus melakukan Transforming Phenomena secara
besar-besaran untuk semua aspek belajar matematika termasuk subyek belajar
matematika dan matematikanya itu sendiri. Transforming
Phenomena itu sendiri meliputi transfer the ideas,
transfor the theories, transform the paradigm, transfor the philosophy,
transform the concept of mathematics, trasnform the method of mathematics,
transform the attitude of mathematics, trasnform the resources of learning
mathematics, trasform the method of teaching mathematics, transform the
perception what is called the competences of mathematics.
Setidaknya, dengan memahami
perbedaan karakteristik di atas, guru harus bisa memposisikan diri
sebaik-baiknya dalam kelas. dalam sekolah, menghadapi banyak siswa dengan
banyak karakter, guru harus pintar-pintar membaca karakter masing-masing
individu sesuai dengan tingkatannya.