Perlunya Gebrakan Baru dalam Pembelajaran
Matematika
Pendidikan di Indonesia semakin memprihatinkan. Selain
kurang dalam pemerataannya ke pelosok-pelosok, diperburuk lagi dengan para pendidik yang masih saja setia dengan
cara mengajar jaman Belanda. Sudah saatnya ada pembaharuan pada pendidikan di
negeri ini. Guru haruslah mampu menciptakan inovasi belajar yang berorientasi
pada siswa. Guru dapat menggunakan berbagai metode dalam pembelajarannya. Meskipun
guru ( dalam hal ini guru yang berstatus sebagau PNS ) harus melaksanakan
kebijakan pemerintah, namun diperlukan pula kreativitas guru untuk tidak
membuat proses belajar menjadi teacher
oriented. Guru supaya tetap mampu menjadi seorang guru hakiki, guru yang
bisa membimbing anak mencapai keberhasilan mereka. Pada saat guru sudah berada
di dalam kelas, maka saat itulah guru berkesempatan untuk menjadi guru hakiki.
Guru hakiki tidak akan memaksakan pendapat kepada siswanya, guru hakiki adalah
guru yang mau memberi kebebasan anak didiknya mencari bentuk bagaimana diri
mereka bisa menguasai suatu ilmu pengetahuan dengan cara mereka sendiri.
Pendidikan tidak semerta-merta dilakukan oleh guru
kepada murid untuk melaksanakan apa yang telah diatur pemerintah. Sebagian
besar guru matematika di Indonesia seringkali tidak sopan terhadap matematika,
dalam arti guru dengan cara mengajarnya membuat matematika terkesan tidak
menyenangkan. Kebanyakan kasus ini dikarenakan guru kurang tanggap dengan
kebutuhan siswa serta guru juga kurang memahami karakter masing-masing siswa
yang berbeda satu sama lain, sehingga dalam mengikuti pembelajaran pun untuk
bisa memahami apa yang mereka pelajari, menggunakan cara atau sikap yang
berbeda-beda pula. Maka dari itu sangat diperlukan kesadaran guru untuk mulai
mempelajari bagaimana watak anak didiknya satu per satu agar pembelajaran
matematika dapat berlangsung menyenangkan dan dapat mencapai target yang
diinginkan, baik target yang diinginkan guru maupun siswa. Guru bisa melakukan
tindakan observasi dan penelitian guna menghilangkan persepsi lama siswa
terhadap matematika, yaitu dengan cara mengembangkan intuisi pada anak Sekolah
Dasar. Seperti kita tahu bahwa intuisi itu sendiri merupakan pemahaman atau
pengetahuan yang tidak bisa dijelaskan atau didefinisikan kapan mulainya, di
mana, dan seperti apa, namun intuisi dapat diperoleh dari pergaulan. Intuisi
ada dalam tindakan, pikiran, dan hati. Apabila siswa terbiasa melakukan
tindakan yang benar, maka intuisi tindakannya juga benar. Maka sudah jelas
dalam hal ini akan pentingnya intuisi. Tinggal bagaimana guru bisa mengarahkan
anak didiknya agar intuisi mereka tidak menyimpang.
Telah menjadi ketentuan Tuhan bahwasanya manusia itu
lemah, terbatas, dan kekurangan, maka dari itu diperlukan ikhtiar untuk tidak
selamanya berada dalam kungkungan watak tersebut. Seorang guru harus mau
belajar memperbaiki diri, mengetahui dimensi diri. Guru selain cerdas dalam
profesinya juga harus mampu bermanfaat bagi orang lain, terlebih bagi anak
didiknya, guru supaya benar-benar bisa dijadikan perantara, fasilitator mereka
dalam mengembangkan serta mencari ilmu pengetahuan.
Selama ini, masih banyak siswa menempatkan dirinya
sebagai tong kosong, siswa merasa dan dianggap sebagai obyek yang siap diisi
dengan apapun bahkan mungkin yang tidak mereka butuhkan. Sehingga kebanyakan
dari mereka akan lebih cepat merasa lelah dalam pembelajaran. Meskipun tidak
ada antusiasme terhadap apa yang mereka pelajari, mereka memaksakan diri untuk
mengikuti pikiran banyak orang. Maka guru perlu membiarkan mereka mandiri,
membeiarkan siswa mempelajari apa yang ingin mereka pelajari, pun dengan cara
mereka sendiri, karena bukan guru yang belajar, melainkan siswa. Pengetahuan
itu milik siswa, sehingga di sinilah fungsi refleksi, yaitu sebagai sarana
membandingkan berbagai pendapat yang berbeda, dan siswa mampu mengemukakan
pendapatnya sendiri, tidak terus-terusan pasrah dengan apa yang menjadi
pendapat orang lain.
Agar suatu pengetahuan semakin kokoh, maka diperlukan
pula kombinasi antara pengalaman dan pikiran. Suatu ilmu harus sintetik,
artinya harus ada pengalaman, bukan asal membuat teori. Dikatakan pula bahwa
pengalaman itu adalah guru terbaik, maka lahirnya suatu ilmu atau teori sudah
pasti karena ada peristiwa di masa lampau yang menyebabkan ilmu tersebut
muncul. Ilmu pengetahuan semakin berkembang dari zaman ke zaman, manusia
mengonstruksi ilmu pengetahuan melalui berbagai cara yang berbeda. Ilmu atau
sebuah teori bisa didapatkan dari hasil perjanjian atau kesepakatan maupun hasil
pengamatan. Dengan demikian, agar guru tidak tertinggal oleh perkembangan dunia
khususnya perkembangan ilmu pengetahuan, guru harus berusaha untuk
berkomunikasi dengan kawula muda, karena semakin tinggi ilmu maka kemampuan
berkomunikasi seseorang akan semakin meningkat. Hal ini diperlukan dalam
pembelajaran matematika. Mengingat bahwa problem pembelajaran matematika ada
pada guru, komunikasi mutlak diperlukan. Pada hakikatnya, dalam matematika
lebih banyak menekankan aspek kualitatif, komunikatif, serta afektifnya.
Komunikasi yang kurang tepat, sering terjadi kesalahan, dan tidak mampu
menyesuaikan dengan keadaan di tempat belajar merupakan salah satu penyebab
terkikisnya antusiasme anak dalam belajar matematika.
Sepertinya diperlukan suatu gebrakan baru dalam dunia
pendidikan di Indonesia. perlu adanya sebuah reformasi untuk mengubah paradigma
pembelajaran lama menjadi lebih inovatif. Bila perlu dibuat kebijakan yang
memungkinkan guru harus mengajar secara inovatif. Selain itu, pelatihan bagi
para guru untuk menjadi seorang guru hakiki juga bisa saja dicanangkan.
Kesemuanya itu tak lain adalah untuk mengejar ketertinggalan pendidikan di
Indonesia yang semakin terpuruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar