Jumat, 15 Maret 2013

refleksi (24) : Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 10: Architectonic Mathematics (2), karya Bp. Marsigit



Siswa adalah arsitek bagi matematika pada dirinya. Matematika pada dasarnya merupakan pikiran siswa itu sendiri. Hal ini yang perlu disadari oleh para guru, bahwasanya siswa mampu membangun sendiri pemahamannya mengenai konsep matematika sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya serta cara-cara yang dikuasainya. Setidaknya telah ada dua asumsi dasar bahwa pertama, siswa mampu memahami dan membangun konsep matematika melalui logika atau penalarannya; kedua, siswa mampu memahami dan membangun konsep matematika melalui pengamatannya terhadap fenomena matematika. Penggabungan dari dua kemampuan inilah yang akan menghasilkan menghasilkan pemahaman dan bangunan matematika yang bersifat "sintetik apriori".
Architectonic Mathematics tidak bisa kita pandang hanya dari subyek diri seorang siswa secara terisolasi, karena setiap siswa memiliki pandangan-pandangan tersendiri, berbeda dengan siswa-siswa lain, juga bukan Architectonic Mathematics dari guru. Guru perlu memahami bahwa setiap siswa memiliki caranya sendiri untuk membangun matematika, guru jangan otoriter.




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar