Jumat, 15 Maret 2013

refleksi (31) : Pentingnya Kemerdekaan Berpendapat melalui Diskusi Siswa dalam Belajar Matematika

Setelah menyaksikan sebuah video yang menayangkan tentang bagaimana proses pembelajaran matematika pada siswa kelas 2 Sekolah Dasar  di salah satu Sekolah Dasar di Jepang, kini saya semakin mengerti teknis dari pelaksanaan pembelajaran yang inovatif.
Dari video tersebut, dapat saya temukan bahwa pembelajaran matematika untuk siswa kelas 2 di Sekolah Dasar di Jepang sangat jauh berbeda dengan yang diterapkan di Indonesia. pada awal pembelajaran, guru melakukan apersepsi sebagai pengantar menuju materi. Dalam kelas tersebut, tidak hanya diampu oleh seorang guru, melainkan ada dua guru yang bekerja sama sebagai team teaching untuk melakukan suatu penelitian terhadap proses pembelajaran mereka sendiri, serta terhadap perkembangan anak dalam mencapai keberhasilan dalam pembelajaran tersebut. Mereka menyusun LKS sedemikian rupa yang dirancang khusus untuk siswa. Dalam kelas tersebut siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan masing-masing siswa diberi satu lembar kerja. Sebelum masuk ke dalam inti dari pembelajaran tersebut, guru memberikan penjelasan singkat mengenai permasalahan yang akan di analisis siswa pada LKS, serta guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat mereka dengan tujuan menyamakan konsep agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam tahap pembelajaran selanjutnya.
Pembelajaran di Jepang menekankan pada metode diskusi. Siswa diberi kesempatan berdiskusi dalam kelompoknya untuk menganalisis permasalahan, membangun kemampuan olah pikir terhadap materi yang diajarkan. Antusiasme belajar mereka pun sangat tinggi, semua anak bekerja secara aktif. Tidak terlihat wajah tegang, mereka bekerja dalam suasana yang santai. Guru benar-benar menjalankan perannya sebagai fasilitator siswa dalam belajar. Hal ini terbukti melalui aktivitas guru yang mendatangi satu per satu kelompok untuk memberikan bimbingan atau pengarahan jikalau ada siswa yang masih belum memahami suatu hal kaitannya dengan masalah yang mereka hadapi. Meski begitu, guru tidak merenggut kebebasan siswa, tetap siswalah yang mendominasi dalam peran menemukan pemecahan masalah. Guru melayani apa yang dibutuhkan siswa. Dalam proses diskusi, diterapkan atau dikembangkan metode yang berprinsip dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa. Dapat diartikan, bahwa dengan jalan diskusi ini, siswa menemukan sendiri ilmu pengetahuannya melalui pertukaran pendapat dengan teman sekelompok atau yang lainnya. Siswa dengan bebas mengeksplorasi segala potensi yang mereka miliki untuk menemukan sebuah pemecahan masalah (problem solving). Tidak banyak campur tangan guru, siswa berjalan sendiri dengan cara mereka masing-masing. Materi pelajaran memang sengaja dikembangkan sedemikian rupa sehingga siswa tidak hanya mampu menentukan apa jawaban dari masalah yang berkaitan dengan materi yang mereka bahas, akan tetapi siswa juga diharapkan mampu menganalisis secara mendalam tentang konsep materi itu.
Saya saksikan juga dalam video tersebut, tampak ada perundingan antara dua guru setelah siswa mengumpulkan hasil diskusi LKS mereka. Di sinilah bukti bahwa mereka melakukan penelitian terhadap jalannya pembelajaran serta sangat memperhatikan perkembangan siswa, dapat mengetahui seberapa jauh siswa mampu menguasai suatu materi. Masing-masing guru mempunyai dasar semacam indikator yang sama untuk mengetahuinya. Dengan cara ini, guru akan lebih dapat memahami dan mengetahui cara terbaik dalam pembelajaran.
Tahap selanjutnya siswa secara bergantian menampilkan apa yang telah ia dapatkan dari hasil diskusi tersebut di depan kelas, saya melihat banyak keistimewaan dari anak-anak itu. mereka mampu menemukan hal-hal yang baru dalam menganalisis lembar kerjanya. Tidak sedikit teman lain dengan antusias dan percaya diri mengemukakan pendapat-pendapat, saling melengkapi, memberi masukan serta koreksi, dan melakukan tanya jawab, sehingga semua siswa pun dapat memahami materi itu lebih mantap. Apabila siswa merasa sulit untuk menjawab, ada guru yang siap membantu. Guru juga menanyakan beberapa hal untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman siswa mengenai masalah serta pemecahannya itu. ternyata terbukti dengan metode ini siswa benar-benar mampu menemukan sendiri pemecahan masalahnya, bukan guru yang langsung memberi tahu.
Pada akhir pembelajaran, siswa merefleksi akan jalannya pembelajaran, bagaimana cara guru mengajar, sehingga ini juga akan memberikan masukan terhadap guru untuk mengetahui metode apa yang baiknya digunakan pada pertemuan berikutnya. Saya melihat guru sebagai guru yang hakiki di sini. Guru di Jepang sudah mampu mengembangkan LKS sesuai dengan kebutuhan siswa.
Terakhir, kedua guru menyampaikan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari bersama di kelas. sebelumnya, saya menilai bahwa pembelajaran matematika tidak berperan besar dalam pendidikan karakter, namun setelah menyaksikan video pembelajaran di Jepang, saya baru menyadari bahwasanya banyak karakter yang dapat dikembangkan pada diri siswa melalui pembelajaran matematika. Dengan metode tersebut, saya lihat banyak hal yang memengaruhi kepribadian siswa. Siswa menjadi lebih percaya diri tampil di depan kelas, mengemukakan pendapat mereka satu per satu tanpa ragu sedikitpun, mereka juga tidak segan menerima masukan-masukan dari teman yang lain, karena itu justru akan lebih menambah wawasan mereka mengenai materi yang dipelajari. Dalam diskusi, mereka terlatih untuk bisa bekerja sama dengan baik, bertoleransi, dan menghormati perbedaan pendapat.
Permasalahannya, sudah siapkah Indonesia menerapkan metode yang serupa ? Kita tahu selama ini apabila siswa ditanya mengenai pelajaran apa yang paling ditakuti, maka kebanyakan dari mereka akan menjawab ‘matematika’. Padahal matematika apabila disajikan dengan cara yang tepat justru akan membalikkan persepsi siswa 180 derajat menjadi sangat menyenagkan. Guru di Indonesia bisa memanfaatkan alam terbuka dan kekayaan yang tumbuh di atasnya sebagai media pembelajaran , tidak harus berada di dalam kelas. dimungkinkan dengan cara ini siswa akan lebih mendapatkan kesegaran dalam belajar matematika dan menyukai matematika. Guru matematika Indonesia perlu berbenah diri, jangan sampai kalah dengan negara Jepang. Masa depan Indonesia ditentukan dari kualitas generasi penerusnya. Indonesia yang maju jangan sampai hanya sebagai omong kosong belaka. 



sumber: video pembelajaran di Jepang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar