HENI KUSUMA
PGSD/ 2F/ 12108241073
http://powermathematics.blogspot.com/2010/08/elegi-permintaan-si-murid-cerdas-kepada.html#comment-form
http://powermathematics.blogspot.com/2010/08/elegi-permintaan-si-murid-cerdas-kepada.html#comment-form
Kebanyakan siswa
mengatakan bahwa matematika itu selalu menjadi momok yamg paling menakutkan.
Tidak sedikit siswa yang mengatakan bahwa matematika itu sulit, matematika itu
membosankan, sehingga mereka sering merasakan benci yang amat sangat terhadap
pengajarnya. Hal ini dikarenakan kesalahan penggunaan metode belajar guru yang
selama ini hanya terpusat pada kepatuhan murid untuk melakukan apa yang guru
perintahkan. Sebuah metode yang masih tradisional, di mana di sini guru
memperlakukan siswa sebagai obyek yang seolah dengan mudah dapat dia bentuk
menjadi apapun yang guru inginkan.
Seperti halnya ketika
guru menggunakan metode ceramah dalam setiap pertemuan, menghadapi sekian
banyak siswa di kelas, metode ini dirasa paling efektif. Namun kenyataannya
tidak demikian. Yang ada justru siswa akan merasa tertekan, tidak berdaya,
karena pengunaan metode ini tidak memikirkan bahwasanya hakekat manusia itu
unik. Tidak ada manusia yang sama. Setiap manusia adalah berbeda dan setiap
manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda pula. Serangkaian metode menerangkan, memberi contoh, memberi soal, memberi tugas, dan
menerangkan kembali sungguh tidak adil bagi mereka para siswa yang memiliki
kemampuan berbeda. Dengan metode ini guru menjadi egois, arogan, sombong, dan
menutup-nutupi potensi-potensi siswa yang seharusnya dapat mereka kembangkan
secara bebas. Guru tidak pula dapat memaksa siswanya menyukai matematika. Rasa
suka itu harus muncul dari diri mereka sendiri, dengan kesadaran mereka sendiri.
Sudah
saatnya guru mengubah paradigma mengajar mereka dengan metode-metode yang lebih
inovatif, yang memperlakukan siswa bukan sebagai benda atau obyek, akan tetapi
menjadikan mereka subyek dari pembelajaran itu sendiri. Sesungguhnya siswalah
yang belajar. Guru hanyalah sebagai perantara atau fasilitas mereka dalam
menggali lebih dalam pengetahuan dalam rangka mengembangkan berbagai potensi
yang ada. Guru harus bisa memberikan kesempatan pada mereka untuk belajar kapan
saja, di mana saja, dan dengan siapa saja. Belajar itu adalah hak mereka. Guru
tidak boleh mengungkung kebebasan siswa dalam bereksplorasi. Guru seharusnya
membiarkan siswanya bebas beraktivitas, memberikan mereka fasilitas untuk belajar
mandiri, serta berdiskusi dengan sesamanya. Guru tidak perlu tergesa-gesa
mengejar materi dan harus selesai dalam waktu yang sudah ditentukan. Itu akan
menjadi sangat tidak efektif, yang ada malah sangat sedikit manfaat yang bisa
didapatkan oleh siswa. Pendidikan adalah kegiatan jangka panjang, guru harus
dapat memastikan bahwa siswa benar-benar telah menguasai apa yang mereka
pelajari, barulah setelah itu beranjak ke materi selanjutnya.
Guru
harus punya berbagai strategi guna menghadapi karakter siswa yang berbeda-beda,
agar pembelajaran itu dapat mencakup semua, bukan hanya beberapa saja yang dari
awal memang sudah terlihat menonjol kemampuannya. Mereka yang diam di belakang
bukan berarti tidak mau belajar, hanya saja mereka butuh cara lain untuk dapat
belajar dengan menyenangkan dan ikhlas. Inilah yang disebut dengan pembelajaran
demokratis, guru tidak bisa memaksa siswa, guru tidak bisa membuat siswa
menjadi seperti ini itu yang ia mau, guru tidak bisa berlaku otoriter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar