Kamis, 21 Februari 2013

refleksi (11) : Forum Tanya Jawab 63: Bagaimana Siswa Bisa Menentukan Kurikulum?, karya Bp.Marsigit


HENI KUSUMA
PGSD/ 2F/ 12108241073

Wah, saya tercengang setelah membaca artikel Bapak di atas. Betapa pendidikan di negara Indonesia ini begitu otoriternya sehingga siswa yang bisa berhasil dalam sekolahnya masih sangat sedikit. Mulai dari pembentukan kurikulumnya saja, seakan-akan semua sempurna di mata pemerintah. Pemerintah memandang bahwa apabila anak Indonesia dapat mencapai indikator yang telah diatur dalam kurikulum, maka mereka bisa dikatakan sukses, dan tentu saja pendidikan di Indonesia dapat dikatakan berhasil. Namun mengapa pada kenyataannya pendidikan di Indonesia selalu tertinggal ?
Semua itu tak lain karena kurikulum yang disusun pemerintah sering tidak sesuai dengan kebutuhan siswa. Pemerintah serta para guru hanya memikirkan idealisme mereka, keberhasilan pembelajaran ala mereka. jarang sekali yang memikirkan apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan siswa mereka.
Maka dari itu saya sangat kagum dengan pembelajaran matematika yang Bapak teliti di London, kurikulum yang dibuat tidak menuntut siswa untuk belajar atau mengetahui apa yang tidak mereka butuhkan. Justru anak-anak itu sendiri yang meminta pembelajaran seperti apa yang mereka inginkan pada pertemuan berikutnya. Di sini sangat jelas bahwa guru di sana sungguh memusatkan pembelajaran pada siswa, tidak otoriter dan mau melayani kebutuhan-kebutuhan siswa dengan sebenar-benarnya. Dengan cara ini siswa bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Selain itu, guru juga sadar akan banyak perbedaan karakter, kebutuhan, keinginan, serta kemampuan pada masing-masing individu dan guru bisa memberdayakan kelas dengan sebaik-baiknya. Saya sangat setuju dengan sistem yang diterapkan di sana. Dengan inilah sebenarnya seorang siswa dapat menuai kesuksesan nantinya karena mereka mendapatkan apa yang mereka butuhkan, bukan apa yang guru inginkan.
Sayangnya, mengapa Indonesia selama ini masih terpaku pada sistem pembelajaran lama yang jelas-jelas hasilnya kurang menjanjikan dan terus saja menempatkan Indonesia di peringkat rendah tingkat kualitas pendidikannya. Seharusnya Indonesia dapat minimal sedikit mengadopsi cara pembelajaran mereka (Sekolah di London), dan membandingkan hasilnya. Saya juga setuju apabila di Indonesia diterapkan modifikasi LKS sesuai kebutuhan siswa. LKS yang sama bagi semua siswa justru akan semakin menterpurukkan mereka yang jauh dari kata mampu pada pemecahan masalah tertentu. Yang akan mencapai keberhasilan hanyalah segelintir anak, ini sungguh tidak efektif karena pada dasarnya setiap siswa punya hak untuk diberdayakan dan punya hak untuk belajar sesuai dengan apa yang mereka butuhkan serta inginkan.
Ya, semoga saja cepat ada perbaikan pada sistem pendidikan di Indonesia. jangan sampai negara yang terpandang besar dan kaya ini semakin miskin karena sumber daya manusianya kurang diberdayakan. Sekali lagi, belajar itu hak anak. Guru harus memfasilitasi semuanya tanpa terkecuali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar