Kamis, 25 April 2013

refleksi (37): Mathematics and Language 11


Bagaimana menyetting ulang pemikiran pendidik matematika Indonesia yang telah terlanjur terbawa budaya pengajaran jaman penjajahan Belanda ? Saya kira saat ini telah banyak para ahli pribumi yang menyadari akan kesalahan-kesalahan dalam pendidikan di Indonesia, yang dalam era globalisasi ini harus hanyut oleh arus persaingan dunia, khususnya berlomba-lomba untuk menjadikan negara ini lebih maju secara intelektual maupun industri dengan negara lain. Tapi mengapa pendidikan di Indonesia seperti tidak mengalami kemajuan, bahkan menurut saya semakin menurun segi kualitasnya.
Maka saya akan sangat mendukung apabila ada pelatihan khusus untuk pendidik matematika agar dapat melatih komuikasi dengan baik pada para anak didik dalam mengajarkan matematika, mengubah mindset mereka dari kebiasaan mengajarkan matematika formal pada anak-anak ke pengajaran yang lebih konkret. Bagaimanapun, dalam berpikir anak memerlukan proses dan tidak mungkin untuk langsung melesatkan mereka ke sebuah dunia formal yang mana mereka tidak memahami asal-usulnya.
Saya setuju dengan pendapat bahwa kebanyakan pendidikan matematika saat ini dimanfaatkan untuk bagaimana anak didik mampu menghasilkan sesuatu bagi kemajuan teknologi-teknologi canggih negara, tanpa berpikir lebih dalam lagi mengenai hakikat anak yang belajar itu sendiri. Maka, hal ini harus segera mendapat perhatian, ini menyangkut hak asasi manusia. jika suatu negara itu hendak mencapai kemajuan yang luar biasa, harus tetap memikirkan kemampuan individu anak didik, jangan terlalu memaksa.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar